TIMES SERANG, BOGOR – Rasman dan Kelompok Tani Hutan (KTH) Pabangbon di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, kini berada di garis depan dalam memulihkan hutan yang rusak akibat aktivitas tambang. Kerusakan lingkungan ini terjadi setelah bertahun-tahun penambangan dilakukan oleh warga, termasuk Rasman sendiri.
Rasman mengakui, dulu ia adalah bagian dari aktivitas tambang yang merusak lingkungan. Namun, kesadarannya tumbuh saat melihat hutan yang diwariskan nenek moyangnya semakin rusak. Ia memutuskan meninggalkan tambang dan beralih menjadi petani, dengan tekad untuk memperbaiki kerusakan lingkungan.
"Kami dulu pelaku tambang. Tapi sekarang kami sadar pentingnya memulihkan hutan yang rusak," kata Rasman, Senin (18/11/2024).
Setelah lebih dari setahun bekerja keras, ia berhasil mengajak warga lainnya bergabung dalam KTH Pabangbon untuk mengembalikan fungsi hutan.
Perhutanan Sosial Jadi Solusi
Upaya Rasman semakin solid dengan adanya dukungan regulasi. Melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengelolaan Perhutanan Sosial, serta Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2023, KTH Pabangbon diberi izin mengelola 150 hektare lahan hutan. Saat ini, KTH telah memiliki 167 anggota yang berkomitmen memulihkan hutan secara berkelanjutan.
Meski semangat tinggi, kelompok ini mengakui keterbatasan dalam hal pengetahuan teknis terkait jenis tanaman yang cocok dan metode rehabilitasi lahan. Bantuan datang dari Yayasan Bakau Manfaat Universal (BakauMU) dan BRI Peduli yang memberikan edukasi, pendampingan, serta dukungan finansial dan teknis.
Kolaborasi dengan BRI dan BakauMU
Ketua Yayasan BakauMU, Muhammad Nasir, menjelaskan pentingnya pemulihan lahan kritis. "Penanaman pohon di lahan kritis mampu mencegah erosi, meningkatkan kesuburan tanah, menyerap air, mengurangi emisi karbon, dan mendukung ekonomi masyarakat," kata Nasir. Desa Malasari menjadi lokasi ke-14 dari program BRI Menanam – Grow & Green yang dijalankan sejak 2023.
Program ini mencakup berbagai inisiatif seperti penanaman mangrove di wilayah pesisir (Grow & Green Mangrove), reforestasi lahan kritis dengan pohon produktif (Grow & Green Reforestation), transplantasi terumbu karang untuk menjaga ekosistem laut (Grow & Green Coral Reef), hingga konservasi flora dan fauna endemik (Grow & Green Biodiversity).
Wakil Direktur Utama BRI, Catur Budi Harto, menegaskan bahwa program ini adalah bagian dari komitmen BRI terhadap pembangunan berkelanjutan berbasis Environment, Social, and Governance (ESG).
"Melalui program ini, kami berupaya melestarikan lingkungan, menyerap karbon, memberdayakan masyarakat, dan meningkatkan perekonomian," ujar Catur.
Program BRI Menanam – Grow & Green menjadi bukti nyata bahwa pelestarian lingkungan dapat berjalan seiring dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat, menjadikan hutan yang sempat rusak sebagai sumber kehidupan yang baru. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Kelompok Tani Pabangbon dan BRI Kolaborasi Pulihkan Hutan Bekas Tambang
Pewarta | : Rochmat Shobirin |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |