TIMES SERANG, BANYUWANGI – Lapangan Curahjati, Desa Grajagan, Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada Minggu (24/8), tampak begitu semarak. Ratusan ibu-ibu memadati lokasi untuk mengikuti rangkaian acara peringatan HUT ke-80 RI.
Berbagai kegiatan digelar dari pagi hingga sore hari. Mulai dari senam bersama hingga aneka lomba tradisional yang penuh tawa dan keceriaan. Suasana kemerdekaan terasa semakin istimewa karena kali ini perempuan tampil sebagai motor utama penyelenggara acara.
Bukan hanya itu, para peserta berasal dari latar belakang agama yang berbeda, yakni Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha, yang semuanya hidup rukun di Desa Grajagan.
Ketua Panitia Pelaksana, Bara Putri Rianda Hardianti, menuturkan bahwa kegiatan ini dirancang sebagai ruang kreativitas sekaligus sarana pertemuan bagi perempuan lintas agama untuk bersama-sama merayakan hari kemerdekaan.
"Biasanya acara Agustusan lebih banyak diisi oleh laki-laki. Kami ingin perempuan juga punya ruang, tidak hanya sebagai penonton, tapi ikut berperan aktif dalam memeriahkan kemerdekaan, jadi panitia atau pun peserta," ujar Rianda, Minggu (24/8/2025).
Berbagai lomba seperti estafet sarung, balon, tebak gambar, tarik tambang, hingga permainan tradisional lainnya berhasil menciptakan suasana penuh keakraban. Gelak tawa para peserta pun mewarnai jalannya kegiatan.
Kegiatan ini digagas oleh para perempuan yang tergabung dalam Kelompok Kerja (Pokja) Desa Damai, Pokja binaan Wahid Foundation yang konsisten aktif di Grajagan.
Ketua Pokja Desa Damai Grajagan, Dawimatun Nimah, menyebut bahwa acara ini sebagai kesempatan berharga untuk mempererat kebersamaan. Menurutnya, kegiatan ini menjadi wadah bagi perempuan untuk memperkuat toleransi.
"Kegiatan ini menjadi wadah bagi perempuan untuk saling mendukung, memperkuat toleransi, dan menunjukkan bahwa perempuan mampu menjadi penggerak desa sekaligus penjaga kerukunan," kata Dawim, sapaan akrab Dawimatun Nimah.
Lebih dari sekadar hiburan, agenda Agustusan ini menjadi simbol kuat tentang bagaimana perempuan bisa mengambil peran nyata dalam menjaga persatuan, menumbuhkan gotong royong, sekaligus mengisi kemerdekaan.
Salah satu peserta, Sri Kinanti, juga mengaku antusias. Ia mengatakan bahwa kegiatan ini begitu menarik dengan panita dan peserta dari emak-emak. "Keren, menarik. Ibu-ibu bisa ikut lomba yang diadakan sesama ibu-ibu," terangnya.
Perayaan yang diikuti lintas kelompok ini turut mendapat dukungan dari Satgas Bhinneka Tunggal Ika, masyarakat, serta pemerintah Desa Grajagan.
Dengan semangat kebersamaan dan partisipasi aktif dari perempuan lintas agama, perayaan HUT ke-80 RI di Desa Grajagan tidak hanya menghadirkan keceriaan, tetapi juga mempertegas bahwa persatuan, toleransi, dan gotong royong tetap menjadi kekuatan utama dalam menjaga harmoni masyarakat.
Acara ini pun menjadi contoh nyata bagaimana perempuan mampu berkontribusi besar dalam membangun desa yang damai dan inklusif. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Jalin Toleransi, Perempuan Lintas Agama di Banyuwangi Semarakkan Lomba HUT ke-80 RI
Pewarta | : Muhamad Ikromil Aufa |
Editor | : Ronny Wicaksono |